![]() |
Tokek |
Anthurium
Masih terngiang dalam benak kita, ketika pada tahun 2002, ikan lou han sangat diidolakan penggemar ikan hias. Kehadirannya mampu menghipnotis masyarakat. Bahkan, banyak orang yang sebelumnya tidak menyukai ikan pun ikut terpikat memeliharanya. Apa penyebabnya? Mengapa banyak orang begitu antusias ingin membesarkan “ikan jenong” ini?
Jika diamati lebih dalam, ternyata hobiis lou han sebenarnya hanya segelintir orang. Walaupun memiliki keistimewaan pada warna sisiknya yang indah dan kepala yang menonjol keluar, kebanyakan orang hanya tertarik dengan lou hank arena keuntungan yang bisa diaih dari bisnisnya.
Bagaimana tidak, harga satu ekor ikan lou han saat ini setara dengan harga satu rumah mewah. Untuk membeli bibit lou han jenis tertentu, kita harus merogoh kocek ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan pada masa puncaknya, ada jenis lou han yang dihargai hingga satu miliar rupiah. Sungguh harga yang fantastis. Padahal, kita ketahui kala itu Indonesia masih merangkak untuk terlepas dari krisis financial yang melanda.
Hal serupa juga pernah terjadi pada tanaman hias anthurium. Pada tahun 2006, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan oleh sesosok tanaman hias berwarna hijau yang bernilai jual sangat tinggi. Kita ketahui, secara fisik anthurium daun hanya tanaman hias biasa tanpa warna-warni daun atau bunga yang indah. Apalagi sosoknya yang besar sangat sulit dipelihara di teras rumah kecil. Namun, entah mengapa tiba-tiba anthurium menjelma menjadi tanaman hias eksotis yang berharga ratusan juta rupiah.
Dengan nilai jual yang tinggi, banyak pengusaha tanaman hias bemunculan. Mereka "membanting setir", menjual apa pun yang mereka miliki hanya untuk membeli anthurium. Bahkan, tidak sedikit buruh tani yang terjerumus ke dalam bisnis tanaman hias ini. Mereka rela menjual tanah, rumah, atau hewan ternaknya hanya untuk membeli bibit anthurium untuk dibesarkan. Dalam benak mereka, jika satu bibit anthurium jenmanii dibeli dengan harga satu juta rupiah, beberapa tahun kemudian, pasti fisiknya sudah lebih besar dan harganya tentu menjadi naik berkali-kali lipat.
Kehebohan ini pun terus berjalan. Bayangkan saja, ada pembeli yang rela menukarkan mobil sedan terbaru miliknya hanya untuk sebuah anthurium. Bahkan, jika harganya belum sesuai, si penjual belum tentu mau menerimanya walaupun BPKB, STNK, beserta fisik kendaraan sudah disodorkan kepadanya.
Setahun kemudian, popularitas anthurium yang membanggakan itu pun jatuh. Nilai jualnya langsung merosot tajam. Sosok anthurium yang tadinya dihargai ratusan juta rupiah, kini diobral hanya ratusan ribu. Efeknya, banyak orang yang bangkrut dan jatuh miskin karena bisnis anthurium. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang depresi
Namun, tidak sedikit juga dari mereka yang berbisnis anthurium kini menjadi orang kaya baru. Kepiawaiannya dalam melihat peluang menjadikannya meraih keuntungan tak terbatas hingga mampu membeli tanah luas, mobil, dan mendirikan ruma mewah. Lalu, bagaimana dengan bisnis tokek? Apakah bisnis ini benar-benar riil? Sampai kapan kehebohan tentang tokek akan terus bertahan? Simaklah uraiannya secara tuntas dalam e-book ini.
B. Benarkah Bisnis Tokek itu Riil?
Tokek, mungkin banyak orang yang belum melihat hewan melata ini secara langsung. Kebanyakan masyarakat hanya pernah mendengar suaranya yang khas. Dua tahun belakangan tokek menjelma menjadi hewan yang paling dicari, terutama jenis tokek pohon atau tokek rumah. Harga jualnya yang di luar logika pun merebak. Isu-isu di dunia maya mulai membuat penasaran masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang bisnis tokek. Dalam benak mereka tersimpan sebuah pertanyaan yang sama, benarkah bisnis tokek itu ada?
Berdasarkan informasi yang beredar di sekitar pelaku bisnis tokek, terkuak kesimpulan bahwa bisnis tokek benar adanya. Beberapa orang kini beralih profesi sebagai buyer dan mediator jual beli tokek. Mereka bertugas mencari tokek rumah atau tokek pohon dengan syarat-syarat tertentu. Kebanyakan dari mereka mencari tokek dengan berat minimum 3,5 ons (350gram) yang harganya bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Berbeda dengan tokek yang memiliki berat 3,5 ons, tokek yang bobotnya 1-2 ons hanya dihargai paling tinggi Rp.10.000. Bahkan, jika dikeringkan, harganya hanya Rp.2000 per ekor.
Sebenarnya, perbedaan antara tokek 1-2 ons dan 3,5 ons secara umum nyaris tidak ada. Namun, tokek dengan berat 3,5 ons memiliki empedu dan lidah yang sudah sempurna (besar). Kedua organ itulah yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara organ yang terdapat pada tokek yang beratnya 1-2 ons belum sempurna (masih terlalu kecil) sehingga belum bisa dimanfaatkan untuk pengobatan.
bisnis yang menggiurkan, apa benar?
BalasHapus